Kadang kehidupan itu tak selalu berpihak pada keiinginan kita. Kenyataan dan harapan sering terjadi ketimpangan. Apa yang kita inginkan, kenyataannya sering tidak sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi. Alhasil, sesuatunya terasa lebih sulit untuk menjalani tugas-tugas sehari-hari, bahkan hal-hal yang kecil sekalipun jadi terasa lebih berat.
Mendengar seorang presenter TVRI berujar, "Berpikirlah positif, sering masalah itu timbul hanya karena tinjauan pikiran saja. Kenyataan yang sama, bisa menjadi masalah pelik, bisa juga menjadi suatu tantangan yang asyik untuk dihadapi, itulah kehidupan! Bukan keadaan tetapi bagaimana cara kita berpikir".
Memang terasa mudah men"saintifikasi" fenomena keadaan menjadi sebuah catatan. Tetapi bagi siapapun yang menjalani kenyataannya, tetap saja semua itu terasa sulit. Well...mari kita ubah sedikit istilahnya saja dulu. Bukan "sulit" tetapi "tidak mudah".
Kalau tidak percaya. Manga silakan kamu sekarang rasakan jadi warga Tacloban Filipina yang baru saja terkena Topan Dahsyat Haiyan. "Mau bilang badai pasti berlalu??". Lihatlah mereka yang benar-benar tinggal di rumah yang porak poranda itu. Memang untuk sesaat bisa saja, menata pikiran positif untuk menenangkan diri. "Tenang, badai pasti berlalu kok". Tetapi detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu berganti minggu, dan seterusnya, yang terlihat langsung adalah kenyataan hancurnya lingkungan sekitar, rumah-rumah yang berantakan, barang-barang yang entah berpindah ke mana, mayat-mayat berserakan....tetap saja toch akan meruntuhkan sekedar pikiran positif itu, menjadi pikiran yang muram dan tidak menentu. Pikiran itu sangat tergantung pada apa yang terlihat bukan?.
Jadi lebih arif sajalah menilai "bencana" yang sedang terjadi itu. Mari rasakan dulu, mari berempati dulu untuk sama-sama memposisikan diri pada "keadaan sebenarnya" lalu lihat apa yang dirasakan....sekali lagi pikiran saja tidaklah cukup untuk menjalani kehidupan, perlu sinergisasi antara pikiran, perasaan, emosi, motivasi, dan dukungan lingkungan sekitar.
Menata diri. Perlu terus dilakukan. Manusia memiliki kemampuan untuk bertahan dan meneruskan kehidupan. Karena manusia diberi berbagai potensi, maka ia diciptakan untuk memiliki kemampuan. Ujian yang terjadi adalah untuk meningkatkan kualitasnya. Karena ilmu yang diterapkan dengan baik sajalah yang kemudian akan merekonstruksi pikiran, penglihatan, pendengaran dan hati menjadi energi sinergis yang dahsyat untuk menegakkan semangat tetap berdiri, bangkit berlari meneruskan estafeta kehidupan.
Ya, sesuatu yang benar-benar tidak pernah dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, emosi, simpati atau empati sekalipun adalah "Kehidupan" itu sendiri. Kehidupan itu akan terus berjalan. Seperti waktu, yang tidak pernah akan berhenti. Meski seluruh makhluk seisi bumi memaki waktu, "hey waktu, berhenti kamu!!!!!", maka, 'waktu' itu tetap saja tidak akan berhenti. Manusia itu berbeda. Selain 'seoonggok jasmani, dalam diri manusia itu ada banyak hal-hal kompleks lainnya yang saling mempengaruhi. Jadi, tidaklah mudah mensinergiskan 'hal-hal kompleks" ini, selain dengan benar-benar menyadari dan meyakini akan kekuatan dan kebesaran Sang Maha Pencipta yang sekaligus juga Sang Maha Pemelihara. Berangkat dari keyaninan inilah kemudian munculnya 'spirit' yang memacu energi diri. Menata pikiran supaya lebih bergerak maju ke arah yang positif. Mengatur detak jantung untuk tetap stabil dengan mengambil nafas dalam sehingga lebih bisa menguasai diri. Terus menerus, tanpa henti, barulah kemudian manusia itu berangsur-angsur seperti aliran darah yang bisa kembali mensinergiskan diri untuk menselaraskannya kembali dengan berjalannya kehidupan yang tidak mengenal kompromi.
The show must go on...sesulit apapun yang dirasakan manusia. Kehidupan itu tetap saja berjalan menuju destinasi yang telah pasti ditentukan oleh Sang Maha Pengatur. Kita tak bisa menyalahkan keadaan, meski seringkali tak berpihak pada kita, sebagai alasan untuk meratapi diri. Sebaliknya, kita juga tak bisa meninggalkan kehidupan ini secara tidak bertanggung jawab dengan menghindar dan pergi. Karena, di kehidupan inilah semua "skenario" itu terjadi...manusia hanyalah menjalani peran, dan peran yang dijalani dengan sepenuh hati sajalah yang akan selaras dengan skenario kehidupan...makin kita menentang skenario sang "sutradara" kehidupan, makin mencaci maki ketidakadilan dan makin meratapi diri, maka justru keadaan sulit itu akan makin menjadi-jadi....sekali lagi, justru skenario kehidupan itu sendirilah yang kemudian akan meninggalkan kita....
Jadi, bangkit dan berdirilah dengan tegak, menatap penuh harap dan yakin lebih pasti menjalani kehidupan. Semakin kita menunjukkan keberpihakan dan pengakuan akan kekuatan sang Pencipta pada karunia yang dititipkannya pada kita, yaitu berupa potensi diri yang dimiliki, maka di sinilah kita sebagai manusia yang memiliki status mulia untuk mengambil peran secara lebih proaktif. Yakinlah, hanya dengan ikhtiar kita sajalah nasib kita itu akan berubah...dan biarlah kesedihan serta kesulitan itu menghimpit kita, karena dengan kesedihan dan kesulitan itulah pribadi yang tangguh itu dibentuk, yakinlah bahwa kemampuan untuk tetap bertahan dan menjadi lebih baik lagi akan selalu mendapat bimbingan Sang Pemangku Kehidupan.
The Show must go on kawan....
Selamat berjuang.
Mendengar seorang presenter TVRI berujar, "Berpikirlah positif, sering masalah itu timbul hanya karena tinjauan pikiran saja. Kenyataan yang sama, bisa menjadi masalah pelik, bisa juga menjadi suatu tantangan yang asyik untuk dihadapi, itulah kehidupan! Bukan keadaan tetapi bagaimana cara kita berpikir".
Memang terasa mudah men"saintifikasi" fenomena keadaan menjadi sebuah catatan. Tetapi bagi siapapun yang menjalani kenyataannya, tetap saja semua itu terasa sulit. Well...mari kita ubah sedikit istilahnya saja dulu. Bukan "sulit" tetapi "tidak mudah".
Kalau tidak percaya. Manga silakan kamu sekarang rasakan jadi warga Tacloban Filipina yang baru saja terkena Topan Dahsyat Haiyan. "Mau bilang badai pasti berlalu??". Lihatlah mereka yang benar-benar tinggal di rumah yang porak poranda itu. Memang untuk sesaat bisa saja, menata pikiran positif untuk menenangkan diri. "Tenang, badai pasti berlalu kok". Tetapi detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu berganti minggu, dan seterusnya, yang terlihat langsung adalah kenyataan hancurnya lingkungan sekitar, rumah-rumah yang berantakan, barang-barang yang entah berpindah ke mana, mayat-mayat berserakan....tetap saja toch akan meruntuhkan sekedar pikiran positif itu, menjadi pikiran yang muram dan tidak menentu. Pikiran itu sangat tergantung pada apa yang terlihat bukan?.
Jadi lebih arif sajalah menilai "bencana" yang sedang terjadi itu. Mari rasakan dulu, mari berempati dulu untuk sama-sama memposisikan diri pada "keadaan sebenarnya" lalu lihat apa yang dirasakan....sekali lagi pikiran saja tidaklah cukup untuk menjalani kehidupan, perlu sinergisasi antara pikiran, perasaan, emosi, motivasi, dan dukungan lingkungan sekitar.
Menata diri. Perlu terus dilakukan. Manusia memiliki kemampuan untuk bertahan dan meneruskan kehidupan. Karena manusia diberi berbagai potensi, maka ia diciptakan untuk memiliki kemampuan. Ujian yang terjadi adalah untuk meningkatkan kualitasnya. Karena ilmu yang diterapkan dengan baik sajalah yang kemudian akan merekonstruksi pikiran, penglihatan, pendengaran dan hati menjadi energi sinergis yang dahsyat untuk menegakkan semangat tetap berdiri, bangkit berlari meneruskan estafeta kehidupan.
Ya, sesuatu yang benar-benar tidak pernah dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, emosi, simpati atau empati sekalipun adalah "Kehidupan" itu sendiri. Kehidupan itu akan terus berjalan. Seperti waktu, yang tidak pernah akan berhenti. Meski seluruh makhluk seisi bumi memaki waktu, "hey waktu, berhenti kamu!!!!!", maka, 'waktu' itu tetap saja tidak akan berhenti. Manusia itu berbeda. Selain 'seoonggok jasmani, dalam diri manusia itu ada banyak hal-hal kompleks lainnya yang saling mempengaruhi. Jadi, tidaklah mudah mensinergiskan 'hal-hal kompleks" ini, selain dengan benar-benar menyadari dan meyakini akan kekuatan dan kebesaran Sang Maha Pencipta yang sekaligus juga Sang Maha Pemelihara. Berangkat dari keyaninan inilah kemudian munculnya 'spirit' yang memacu energi diri. Menata pikiran supaya lebih bergerak maju ke arah yang positif. Mengatur detak jantung untuk tetap stabil dengan mengambil nafas dalam sehingga lebih bisa menguasai diri. Terus menerus, tanpa henti, barulah kemudian manusia itu berangsur-angsur seperti aliran darah yang bisa kembali mensinergiskan diri untuk menselaraskannya kembali dengan berjalannya kehidupan yang tidak mengenal kompromi.
The show must go on...sesulit apapun yang dirasakan manusia. Kehidupan itu tetap saja berjalan menuju destinasi yang telah pasti ditentukan oleh Sang Maha Pengatur. Kita tak bisa menyalahkan keadaan, meski seringkali tak berpihak pada kita, sebagai alasan untuk meratapi diri. Sebaliknya, kita juga tak bisa meninggalkan kehidupan ini secara tidak bertanggung jawab dengan menghindar dan pergi. Karena, di kehidupan inilah semua "skenario" itu terjadi...manusia hanyalah menjalani peran, dan peran yang dijalani dengan sepenuh hati sajalah yang akan selaras dengan skenario kehidupan...makin kita menentang skenario sang "sutradara" kehidupan, makin mencaci maki ketidakadilan dan makin meratapi diri, maka justru keadaan sulit itu akan makin menjadi-jadi....sekali lagi, justru skenario kehidupan itu sendirilah yang kemudian akan meninggalkan kita....
Jadi, bangkit dan berdirilah dengan tegak, menatap penuh harap dan yakin lebih pasti menjalani kehidupan. Semakin kita menunjukkan keberpihakan dan pengakuan akan kekuatan sang Pencipta pada karunia yang dititipkannya pada kita, yaitu berupa potensi diri yang dimiliki, maka di sinilah kita sebagai manusia yang memiliki status mulia untuk mengambil peran secara lebih proaktif. Yakinlah, hanya dengan ikhtiar kita sajalah nasib kita itu akan berubah...dan biarlah kesedihan serta kesulitan itu menghimpit kita, karena dengan kesedihan dan kesulitan itulah pribadi yang tangguh itu dibentuk, yakinlah bahwa kemampuan untuk tetap bertahan dan menjadi lebih baik lagi akan selalu mendapat bimbingan Sang Pemangku Kehidupan.
The Show must go on kawan....
Selamat berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar