“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An Nahl, 16:89).
HIDUP ini sebuah
misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna
hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang
mereka ketahui hanyalah realitas yang
nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34)
dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian
manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan
bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali
setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan
setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan
yang dipeluk dan diyakini.
Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Dua ayat ini memberikan
perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih
hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa
hakikat makna hidup menurut Islam?
Muslim adalah orang yang berserah
diri. (2:132) “ittaqulloha haqo tu qotihi. Wala tamuttunna ila wa antum muslimun”.
Hidup adalah perjalanan. Setiap kali ada perjalanan tentu ada beda orang
memandangnya. Nah bagaimana seorang Muslim memandang kehidupan Dunia? Ada seorang yang telah menunaikan ibadah haji, tertib dalam
shalatnya, dan tunai dalam kewajiban-kewajibannya. Tetapi setelah itu malah
kesulitan-kesulitan yang menghampirinya.Apakah gerangan yang sedang terjadi?
UJian
: kenaikan tingkat (jika telah memenuhi
syarat, jika beriman maka akan diuji utk meningkatkan keimanannya, syaratnya ia
tidak melakukan maksiat, spt seorang mhsw jika ingin mengikuti ujian ia harus
membayar administrasi, kehadiran kuliah sekina persen, dst) (
Musibah
: pengingatan bahwa ada pelanggaran yang dilakukan (pengingat adalah bukti
kasih sayang Alloh sebagai teguran)
Adzab
: hukuman bagi siapa yang meninggalkan perintah-perintah ALloh dan maksiat
kepada-Nya. (bukti bahwa adanya bencana alam yang mengadzab suatu kaum , karena
kaum itu telah mengundang murkanya Alloh (7; 4).
1.
HIDUP ADALAH UJIAN
· Allah
SWT menciptakan dunia ini adalah semata-mata bertujuan untuk menguji setiap
manusia, siapakah diantara mereka yang bersyukur dan yang kufur, siapa yang
bersabar atau yang tidak. Hal ini
dijelaskan di dalam firman Allah SWT sebagai berikut :
· “Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk,
67: 2).
· “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu
permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki
berbuat demikian”. (QS. Al Anbiyaa’, 21: 16-17).
· “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”. (QS. Al Kahfi, 18: 7).
· Dengan
demikian, Allah mengharapkan manusia tetap menjadi hamba-Nya yang setia
sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, dunia adalah tempat di mana mereka yang
takut kepada Allah dan mereka yang tidak berterima kasih kepada Allah dibedakan
satu sama lain, kebaikan dan keburukan, kesempurnaan dan kekurangan bersisian
dalam “kerangka” ini. Manusia diuji dalam banyak hal. Pada akhirnya,
orang-orang yang beriman akan terpisahkan dari orang-orang yang tidak beriman
dan mencapai surga. Dalam Al Quran hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
· “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al Ankabuut, 29: 3).
· Kebanyakan
manusia mengira mereka dapat memperoleh kehidupan yang sempurna begitu mereka
bertekad untuk itu. Lebih jauh lagi, mereka mengira bahwa kualitas hidup yang
tinggi bisa dicapai dengan memiliki lebih banyak uang, standar hidup yang lebih
baik, keluarga yang bahagia, dan kedudukan yang terhormat di masyarakat. Namun,
orang-orang yang mencurahkan seluruh waktu mereka untuk memperoleh hal-hal
se-perti itu jelas-jelas melakukan
kesalahan. Pertama, mereka hanya berjuang untuk meraih ketenteraman dan
kebahagiaan di dunia ini dan sama sekali melupakan Hari Akhirat. Walaupun
terdapat fakta bahwa tujuan utama mereka adalah menjadi hamba Allah di dunia
ini dan mensyukuri apa-apa yang dianugerahkan-Nya, mereka menghabiskan hidup
untuk memenuhi berbagai hasrat mereka
yang sia-sia.
· Allah
memberitahukan betapa remeh dan menipunya daya tarik dunia di dalam Al Quran:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagum-kan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid, 57: 20)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagum-kan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid, 57: 20)
· SD-SMP-SMA
adalah bentuk kenaikan tingkat.
· Puncak
ujian adalah pada Para Nabi dan Rasul Alloh: Nabi Sulaeman Kaya dan Berkuasa.
Nabi Ayyub yang diuji dengan sakit yang luar biasa. Kalau ada diantara kita
yang dikaruniai kekayaan dan bahkan sekaligus kekuasaan, merasa sibuk dengan
itu lalu tidak mau berserah diri kepada Alloh, pertanyaannya kenapa?? Padahal
belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Nabi Sulaeman. Demikian juga jika
orang yang menjadikan penyakit yang dideritanya sehingga menghalangi ketaatannya
kepada Alloh, kenapa? Penyakit yang diderita Nabi Ayyub demikian menyengsarakan
bahkan hanya tinggal mulut yg Cuma dapat bergerak, bernanh dan keluar
belatung…tetapi beliau tetap taat dan berserah diri kepada Alloh SWT sebagai
bukti berserah diri kepada-Nya sebagi bukti orang yang lulus dalam ujiannya.
2.
HIDUP ADALAH PILIHAN
· QS 98 (albayyinah): 10: wahadaina hunazdain.
Hidup ini adalah pilihan. Mudah-susah. Ya-tidak. Syukur-Kufur. Beriman-tidak
beriman.
· Abu Hurairah berkata : “Rasulullah saw berpesan kepada saya, ‘Wahai
Abu Hurairah, maukah aku perlihatkan kepadamu dunia dengan segala isinya?’
Jawabku : :”Tentu, ya Rasulullah.”
Beliau lantas memegang tangan saya dan mengajak saya ke sebuah telaga di Madinah. Tiba-tiba saya melihat tumpukan sampah penuh dengan kepala manusia, kotoran, potongan kain, dan tulang-belulang. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai Abu Huraryrah, inilah kepala-kepala yang dulu rakus seperti kerakusanmu dan berangan-angan seperti angan-anganmu. Kemudian pada hari itu, semua menjadi tulang tanpa kulit; lalu menjadi abu. Kotoran ini adalah berbagai jenis makanan yang mereka usahakan, kemudian mereka memasukkannya ke dalam perut. Lalu jadilah ia sesuatu yang dihindari manusia. Potongan kain usang ini adalah pakaian mewah mereka, lalu ia sesuatu yang diterpa angin. Sedangkan tulang ini adalah tulang belulang binatang tunggangan mereka yang membawa mereka ke penjuru negeri. Oleh karen itu, barangsiapa yang bisa menangisi dunia, menangislah!.’ Kami lantas tidak meninggalkan tempat itu melainkan dengan menangis tersedu-sedu.”
Jawabku : :”Tentu, ya Rasulullah.”
Beliau lantas memegang tangan saya dan mengajak saya ke sebuah telaga di Madinah. Tiba-tiba saya melihat tumpukan sampah penuh dengan kepala manusia, kotoran, potongan kain, dan tulang-belulang. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai Abu Huraryrah, inilah kepala-kepala yang dulu rakus seperti kerakusanmu dan berangan-angan seperti angan-anganmu. Kemudian pada hari itu, semua menjadi tulang tanpa kulit; lalu menjadi abu. Kotoran ini adalah berbagai jenis makanan yang mereka usahakan, kemudian mereka memasukkannya ke dalam perut. Lalu jadilah ia sesuatu yang dihindari manusia. Potongan kain usang ini adalah pakaian mewah mereka, lalu ia sesuatu yang diterpa angin. Sedangkan tulang ini adalah tulang belulang binatang tunggangan mereka yang membawa mereka ke penjuru negeri. Oleh karen itu, barangsiapa yang bisa menangisi dunia, menangislah!.’ Kami lantas tidak meninggalkan tempat itu melainkan dengan menangis tersedu-sedu.”
· Letak mulianya Manusia adalah Alloh
memberinya pilihan. Kisah Nabi Adam, Malaikat dan Iblis membuktikan hal ini.
3.
HIDUP ADALAH IBADAH
·
QS Adz Dzariyat
(51):56: “Wama kholaqtul jinna wal insan ila liya’buduni”.
·
Ibadah artinya
mengabdi. Beda antara Khaliq (Pencipta) dengan Makhluq (Yang diciptakan) adalah
Khaliq memberi perintah itu untuk kepentingan makhluk, sedangkan makluk
menerima perintah itu untuk kepentingan dirinya.
·
Dalam menjalani
ibadah ini mesti didasari dari penerimaan dan kesadaran akan pilihan tadi.
(Orang yang mempercayai dan yakin bahwa Hanya Alloh satu-satunya sesembahan-Nya
dan Bersaksi bahwa Muhamad adalah Rasul utusan-Nya dialah yang beriman, dan
orang beriman yang berserah diri adalah seorang muslim maka tiada paksaan dalam
menjalani pengabdian kepada Alloh. (2:256). Inilah bukti dari ujian kehidupan
pada manusia seluruhnya, maka bertaqwalah kepada ALloh dengan sebenar-benarnnya
taqwa kepada-Nya, tidak lebih baik Dosen dibandingkan dengan mahasiswanya,
siswa dengan gurunya, bos dan karyawanannya, atasan dengan bawahannya anak-
atau bapaknya, yang lebih baik adalah yang paling
bertaqwa dan memurnikan ketaqwaan kepadanya.
Maka Seorang Muslim yang menggunakan
akal pikirannya, Ada segera melalukan instrospeksi diri bahwa HIDUP adalah
Perjalanan yang mengandung UJIAN dan Ia Akan memilih untuk Segera Berserah Diri
kepada-Nya sebagai Bukti Rasa Syukur atas Nikmat Datangnya Petunjuk yang telah
sampai ke dalam Dadanya…Lalu selanjutnya ia akan mengisi seluruh hidupnya
sebagai BENTUK PENGABDIAN atau IBADAH hanya kepada-Nya. Itulah sesungguhnya
FITRAHNYA MANUSIA. (QS Ar-Rum: 30:30).
BAGAIMANA
SEORANG MUSLIM MENJALANI HIDUPNYA?
Dalam Al Qur'an, Allah langsung
menjawab semua pertanyaan yang jawabannya dibutuhkan oleh manusia sepanjang
hidupnya. Allah memberikan pemecahan yang sempurna dan paling masuk akal untuk
semua masalah yang muncul. Seperti firman Allah pada ayat kedua surat Al
Baqarah, " Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." Ayat-ayat lainnya juga
menunjukkan bahwa Allah telah menjelaskan segalanya dalam Al Qur'an:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an
itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman”. (QS Yusuf, 12:111)
… “Dan Kami turunkan kepadamu Al
Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An Nahl, 16:89).
Orang yang beriman mengatur
seluruh hidupnya sesuai dengan Al Qur'an dan berjuang untuk melaksanakan dengan
hati-hati setiap hari apa yang telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al
Qur'an. Dalam segala perbuatannya sejak bangun di pagi hari sampai tidur di
malam hari, dia berniat untuk berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan
ajaran Al Qur'an. Allah menunjukkan dalam Al Qur'an bahwa pengabdian seperti
ini menjadi ciri utama seluruh kehidupan orang beriman.
Katakanlah: sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. (QS Al An'am, 6:162).
Tetapi ada orang yang berpikir
bahwa agama hanyalah meliputi ritual
yang terbatas pada waktu-waktu tertentu—bahwa hidup hanya terdiri atas
waktu sholat dan waktu lainnya. Mereka memikirkan Allah dan hidup setelah mati hanya di saat mereka berdoa, berpuasa,
bersedekah, atau naik haji ke Mekah. Di waktu lain mereka tenggelam dalam
urusan dunia. Hidup di dunia ini bagi mereka adalah perjuangan tanpa arah yang
jelas. Orang semacam itu hampir memisahkan diri dari Al Qur'an sepenuhnya dan
memiliki tujuan sendiri dalam hidup, pemahaman sendiri mengenai akhlak,
pandangan sendiri mengenai dunia dan pedoman nilainya. Mereka tidak mengerti apa arti ajaran Al Qur'an sebenarnya.
Seseorang yang melaksanakan ajaran Al Qur'an dan mengikuti
Sunnah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup tentu akan menjalani hidup yang
sangat berbeda dengan orang yang bermental seperti kita sebutkan tadi.
Orang ini tidak akan lupa bahwa dia adalah bagian dari takdir yang Allah telah
tetapkan atasnya dan akan menjalani hidupnya dengan percaya (IMAN) dan berserah diri (ISLAM) pada-Nya. Dengan demikian,
dia akan tahu bahwa dia tidak perlu
khawatir, sedih, takut, resah, pesimis atau tertekan; atau dikuasi oleh
kepanikan pada saat kesulitan menghadang. Dia akan menghadapi semua yang
datang kepadanya dengan cara yang Allah tunjukkan dan izinkan. Semua perkataan,
keputusan, dan tindakannya menunjukkan bahwa dia hidup sesuai dengan Sunnah yang merupakan kerangka pengamalan dari
ajaran Al Qur'an. Baik di saat sedang berjalan, menyantap hidangan, pergi
ke sekolah, menuntut ilmu, bekerja, berolah raga, mengobrol, menonton televisi,
atau mendengarkan musik, dia sadar bahwa
dia bertanggung jawab menjalankan hidupnya sesuai dengan rida Allah. Dia menyelesaikan semua urusan sesuai amanat
yang diembannya dengan sebaik-baiknya, sekaligus berpikir bagaimana meraih rida
Allah dalam urusan yang dikerjakannya. Dia tidak pernah bertindak dengan cara
yang tidak diperkenankan oleh Al Qur'an dan berlawanan dengan Sunnah.
Hidup dengan nilai-nilai Islam dapat dilakukan dengan mengamalkan
perintah dan nasihat yang diberikan oleh Al Qur'an pada segala segi kehidupan.
Hal demikian dan pelaksanaan Sunnah adalah satu-satunya cara agar manusia mampu
mencapai hasil terbaik dan yang paling membahagiakan di dunia dan akhirat.
Tuhan berfirman dalam Al Qur'an bahwa seseorang dapat mencapai kehidupan yang
terbaik dengan melakukan amal saleh
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An
Nahl, 16: 97).
Dengan kehendak Allah, menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an dan Sunnah
akan membuat seseorang mampu
mengembangkan sebuah pemahaman yang luas, kecerdasan yang unggul, kemampuan
untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan kemampuan untuk
mempertimbangkan sebuah urusan secara mendalam. Karakteristik ini akan
menjamin seseorang yang memilikinya akan menjalani setiap saat dalam hidupnya
dengan kemudahan yang bersumber dari kelebihan tersebut. Seseorang yang
menjalani hidupnya dengan berserah diri kepada Allah dan sesuai dengan ajaran
Al Qur'an akan sepenuhnya berbeda dengan orang lain dalam hal cara bertindak,
duduk dan berjalan, dalam sudut pandangnya dan dalam cara menjelaskan serta
menafsirkan sesuatu, juga dalam pemecahan yang ia temukan atas persoalan yang
dihadapinya. Sudah pasti bahwa hanya ajaran Al Qur'an yang mampu membuat
seseorang menjalani hidupnya setiap jam dalam setiap hari, dan setiap saat
dalam hidupnya dalam suasana surgawi, lingkungan damai yang jauh dari tekanan,
keresahan, dan kekhawatiran di dunia ini.