Adults As
Learners
|
Part of being an effective instructor involves understanding how adults learn best. Compared to children and teens, adults have special needs and requirements as learners. Despite the apparent truth, adult learning is a relatively new area of study. The field of adult learning was pioneered by Malcom Knowles. He identified the following characteristics of adult learners:
|
Motivating the
Adult Learner
|
Another aspect of adult learning is motivation. At least six factors serve as sources of motivation for adult learning:
|
Barriers and
Motivation
|
Unlike children and teenagers, adults have many responsibilities that they must balance against the demands of learning. Because of these responsibilities, adults have barriers against participating in learning. Some of these barriers include lack of time, money, confidence, or interest, lack of information about opportunities to learn, scheduling problems, "red tape," and problems with child care and transportation.
Motivation
factors can also be a barrier. What motivates adult learners? Typical
motivations include a requirement for competence or licensing, an expected
(or realized) promotion, job enrichment, a need to maintain old skills or
learn new ones, a need to adapt to job changes, or the need to learn in order
to comply with company directives.
The
best way to motivate adult learners is simply to enhance their reasons
for enrolling and decrease the barriers. Instructors must learn why
their students are enrolled (the motivators); they have to discover what is
keeping them from learning. Then the instructors must plan their motivating
strategies. A successful strategy includes showing adult learners the
relationship between training and an expected promotion.
|
Learning Tips
for Effective Instructors
|
Educators must remember that learning occurs within each individual as a continual process throughout life. People learn at different speeds, so it is natural for them to be anxious or nervous when faced with a learning situation. Positive reinforcement by the instructor can enhance learning, as can proper timing of the instruction.
Learning
results from stimulation of the senses. In some people, one sense is used
more than others to learn or recall information. Instructors should present
materials that stimulates as many senses as possible in order to increase
their chances of teaching success.
There
are four critical elements of learning that must be addressed to ensure that
participants learn. These elements are
Motivation.
If the participant does not recognize the need for the information (or has
been offended or intimidated), all of the instructor's effort to assist the
participant to learn will be in vain. The instructor must establish rapport
with participants and prepare them for learning; this provides motivation.
Instructors can motivate students via several means:
In
addition, participants need specific knowledge of their learning results (feedback
). Feedback must be specific, not general. Participants must also see a reward
for learning. The reward does not necessarily have to be monetary; it can
be simply a demonstration of benefits to be realized from learning the
material. Finally, the participant must be interested in the subject.
Interest is directly related to reward. Adults must see the benefit of
learning in order to motivate themselves to learn the subject.
Reinforcement.
Reinforcement is a very necessary part of the teaching/learning process;
through it, instructors encourage correct modes of behavior and performance.
When
instructors are trying to change behaviors (old practices), they should apply
both positive and negative reinforcement.
Reinforcement
should be part of the teaching-learning process to ensure correct behavior.
Instructors need to use it on a frequent and regular basis early in the
process to help the students retain what they have learned. Then, they should
use reinforcement only to maintain consistent, positive behavior.
Retention.
Students must retain information from classes in order to benefit from the
learning. The instructors' jobs are not finished until they have assisted the
learner in retaining the information. In order for participants to retain the
information taught, they must see a meaning or purpose for that information.
The must also understand and be able to interpret and apply the information.
This understanding includes their ability to assign the correct degree of
importance to the material.
The
amount of retention will be directly affected by the degree of original
learning. Simply stated, if the participants did not learn the material well
initially, they will not retain it well either.
Retention
by the participants is directly affected by their amount of practice during
the learning. Instructors should emphasize retention and application. After
the students demonstrate correct (desired) performance, they should be urged
to practice to maintain the desired performance. Distributed practice is
similar in effect to intermittent reinforcement.
Transference.
Transfer of learning is the result of training -- it is the ability to use
the information taught in the course but in a new setting. As with
reinforcement, there are two types of transfer: positive and negative.
Transference
is most likely to occur in the following situations:
Although
adult learning is relatively new as field of study, it is just as substantial
as traditional education and carries and potential for greater success. Of
course, the heightened success requires a greater responsibility on the part
of the teacher. Additionally, the learners come to the course with precisely
defined expectations. Unfortunately, there are barriers to their learning.
The best motivators for adult learners are interest and selfish benefit. If
they can be shown that the course benefits them pragmatically, they will
perform better, and the benefits will be longer lasting.
Contributor: Stephen Lieb
Senior Technical Writer and Planner, Arizona Department of Health Services
and part-time Instructor, South Mountain Community College
from VISION, Fall 1991 |
Jumat, 04 Mei 2012
PRINCIPLES OF ADULT LEARNING
iNnEr BeaUtY
Seseorang dikatakan cantik, karena ada perbandingan sehingga bisa menilai si A cantik atau si B kurang cantik.
Secara kasat mata, penampilan tubuh
yang proporsional, lebih menarik dibandingkan wanita yang memiliki tubuh yang
berat berlebih atau sebaliknya. Kulit yang putih berseri terkesan
lebih enak dilihat daripada kulit yang lebih gelap.Sebenarnya penilaian cantik ini
sangat relative, tapai bagaimanapun kesan cantik memang akan terlihat pertama
kali dari penampilan fisik.
Kesan cantik yang terlihat dalam
penampilan fisik ini, pada akhirnya cukup banyak wanita yang terjebak dan salah
dalam mengekspresikan kecantikan yang sesungguhnya mereka miliki. Karena sibuk memperhatikan
kecantikan fisik, banyak wanita lupa, kalau sebenarnya ada kecantikan lainyang
jauh lebih menarikdariapada hanya kecantikan yang sifatnya sekedar fisik
semata, yang disebut dengan inner beauty.
Tidak sedikit juga wanita yang
memiliki kecantikan fisik yang akhirnya tampak hambar atau tidak menarik,
karena pancaran dari cara dia bicara, kelakuan serta intelektual yang mereka
miliki tidak menunjang kecantikan fisik yang ia miliki.
Apa hubungannya intelektual, cara berbicara dan kelakukan seseorang dengan
kecantikan? Tidak banyak memang yang memahami hubungan kecantikan yang dimiliki
dengan beberapa faktor ini. Arti intelektual dalam hal ini tidak diartikan tingginya ilmu yang dimiliki
seseorang, tetapi kesadaran dan penguasaan akan ilmu itu sendiri. Sehingga
mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Semua orang pasti akan setuju, seseorang yang hanya menonjolkan
kecantikannya, akan tidak tampak menarik jika memiliki perilaku yang kurang
baik, cara bicara dan tutur kata yang tidak enak untuk didengar.
Merasa pintar, tapi kenyataannya tidak dapat menunjukkan apa yang dikoarkannya
akan membuat citra dirinya semakin tercoreng. Perasaan kagum akan muncul ketika
melihat orang-orang yang memiliki kecantikan luar dalam, tidak hanya fisik saja
yang cantik tapi perilaku dan aktualisasi wawasan yang dimilikinya juga membuat
orang-orang kagum dengannya.
Sebagian laki-laki mengaku tidak begitu tertarik dengan wanita yang cerdas
dan memiliki intelektual yang baik, asalkan memiliki penampilan secara fisik
yang menarik. Sebenarnya, alasan ini hanya berlaku bagi pria yang merasa terancam dengan
wanita yang kelebihan intelektual yang mereka miliki yang diaggap sebagai
sebuah ancaman dan saingan. Beberapa pria salah mengartikan, wanita yag cerdas dan vokal ketika
mengeluarkan pendapat diidentikan dengan wanita yang ingin bersaing dengan
pria, dan dianggap wanita pembangkang terhadap pasangannya.
Pemikiran seperti itu, akhirnya, banyak juga wanita yang tidak ingin
menunjukkan inner beauty
sesungguhnya. Mereka lebih senang dianggap lemah, bukan hanya dari segi fisik,
tapi dalam banyak hal..
Sikap lemah yang ingin ditunjukkan dengan harapan akan mendapat perhatian
yang lebih terhadao laki-laki yang merasa akan menjadi pahlawan saat diberi
kesempatan dapat menunjukkan kemsampuannya di depan wanita yang memiliki fisik
sangat menarik.
Pada akhirnya sebagian perempuan sibuk memperhatikan penampilan fisik yang
menurutnya lebih disenangi kaum laki-laki. Padahal tentu saja tidak semua
laki-laki yang tertarik dengan penampilan fisik saja tanpa diimbangi inner beauty yang ia miliki.
Tapi memang suatu hal yang kurang bijak juga rasaya jika seseorang wanita
hanya memcari pembenaran selalu dengan mengunakan kata inner beauty hanya karena secara fisik ia memang tidak cantik.
Tidak masalah seorang wanita mengakui secara fisik ia memang tidak cantik,
karena secara fisik hal tersebut tidak bisa dipungkiri.Tapi bukan berarti hal
tersebut membuatnya menjadi seorang wanita yang minder dan jadi pesimis dalam
berbagai hal yang ingin dilakukannya.Alangkah luar biasa dan kagum ketika
melihat wanita yang tidak cantik tapi memiliki rasa percaya diri yang begitu
besar.
Bukan sekadar rasa percaya diri yang
besar saja, tapi mereka mampu menunjukkan eksistensinya dalam masyarakat tanpa
mendengar kata-kata minder atas kekurangan fisik yang ia alami.Berbagai
prestasi mampu mereka tunjukkan dalam masyarakat.***
SEMUA WANITA
CANTIK
Tidak ada wanita
yang tidak cantik, yang ada wanita yang tidak tahu kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya.
Cantik secara
lahiriah tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan kecantikan dari dalam.
Kecantikan fisik penting tapi bukan yang utama, karena yang utama adalah
kecantikan dari dalam yang tidak akan pernah mati sifatnya yang disebut dengan inner beauty.
Sementara
kecantikan lahiriah perlahan akan hilang dimakan usia.
Apakah keadaan "Normal" itu?
Untuk dapat disebut normal, kita setidaknya harus memenuhi dua syarat. Normal dalam arti teknis dan dalam arti non-teknis. Dalam arti teknis artinya dapat diukur dari statistik atau angka rata-rata, orang bilang "kuantitiatif". Dalam Arti non-teknis adalah bila ukuran atau bayangan ideal secara subjektif, kualitatif, mendekati bayangan itu. Hanya saja ukuran non-teknis ini tentu tidak ada hubungan sama sekali dengan jumlah rata-rata.
Orang yang bersikap jujur terhadap sesama, termasuk bayangan ideal yang patut dimiliki manusia normal dalam tingkah laku dan tutur katanya. Oleh karena keadaan normal itu bukanlah apa yang disebut nilai rata-rata melainkan suatu norma yang ideal, maka kita tak dapat menerangkannya secara kuantitatif maupun secara statistik. Rata-rata statistik hanya akan memberikan data-data sosiologis. Hal ini tidak mengungkapkan suatu pandangan tertentu ke dalam keadaan jiwa seseorang, juga tidak ke dalam susunan kejiwaan dari individu. Masalahnya adalah, karena keadaan normal itu harus utuh antara ukuran fisik dan ukuran jiwa.
Keadaan normal seperti yang digunakan dalam penilaian psikologis dan konsultasi dengan individu yang sehat atau terganggu, hanyalah dapat diukur dengan ketentuan yang bersifat ideal dan bersifat kualitatif.
Citra ideal bagi Kesadaran Diri Sendiri
Citra ideal merupakan satu kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang mencari arti hidup ini sebagai satu keseluruhan. Citra ideal adalah norma petunjuk. Bagaikan garis-garis besar haluan, mereka hanya memperlihatkan jurusan yang harus ditempuh, yang harus kita pilih pada waktu kita mau memperoleh KESADARAN DIRI SENDIRI. Mereka bukanlah sasaran yang harus kita gapai, melainkan sekedar tanda-tanda petunjuk arah kemana kita harus menjuruskan KESADARAN DIRI KITA SENDIRI itu.
semakin konsisten hidup kita ke arah citra ideal ini, semakin jelas kita menampakkan keadaan normal yang kita harapkan itu, semakain murni keadaan TINGKAH LAKU kita yang wajar, dan selanjutnya semakin maju kita menggerakkan DIRI KITA SENDIRI, sehingga dapat mengurangi gejolak yang tidak wajar dalam lingkungan masyarakat kita.
Masalahnya kemudiaan adalah, menilai orang lain itu lebih gampang, tetapi tidaklah mudah menilai DIRI KITA SENDIRI bukan?
sulitnya merendahkan hati...
semoga dimensi kompetensi ini...
membasuh hausnya nurani...
teman-teman, kita
sudah diajarkan DIMENSI KOMPETENSI, meliputi : (1) Task Skill yaitu
kemampuan melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban individu, (2) Task
Management Skill yaitu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam
satu pekerjaan, (3) Contigency Skill yaitu kemampuan merespon
dan mengelola kejadian irreguler dan masalah, (4) Job/Role Environment
Skill yaitu kemampuan menyesuaikan dengan tanggung jawab dan harapan
lingkungan kerja dan jangan lupa (5)Transfer Skill yaitu kemampuan
menghantarkan dan memberikan arahan. Bila ditilik-tilik, sekali lagi
ditilik-tilik...rupanya DIMENSI KOMPETENSI ini sangat mirip dengan apa yang
diajarkan Rasullah sebagai Ukuran TAQWA, coba saja lihat...dan
keadaan normal itu tidak lain adalah keaadaan dimana ALLAH RIDHO...
bukankah kita secara
individu memiliki tugas dan kewajiban utk beribadah..kemudian
sejumlah kewajiban mahdoh dan ghoir mahdoh harus
kita kelola, meski keadaan tidak normal kita tetap harus kembali pada ukuran
normal yaitu konsisten pada tugas, apakah Allah akan ridho kita tidak beribadah
hanya karena kejadian irreguler dan masalah? lalu bagaimana kita menjadi rahmatan
lil alamin utk memakmurkan alam, bukan hanya utk diri sendiri saja
kan? belum lagi kita juga memiliki kewajiban 'mengajak' atau dakwah menuju
jalan yang benar....sangat mirip kan? dan semuanya akan berjalan normal dalam
keadaan Allah Ridho....maka seluruh pahala, kemudahan,
pertolongan Allah dan kasih sayang-Nya akan turun pada orang-orang yang
diridhoi-Nya...di sinilah kenapa orang tidak tenang, tidak bahagia karena
cara-caranya yang di luar keridhoan Allah...
Bukankah ini ciri-ciri
orang bertaqwa? ia merasa harus telili dalam menjalankan STANDAR yaitu
perintah2-Nya dan tentu jangan keluar dari STANDAR, yaitu menjauhi
segala larangan-Nya...ia merasa takut kepada-Nya tetapi tetap bersahaja dan
penuh integritas tanpa menyusahkan atau menyulitkan
orang lain...
seorang yang sudah
kompeten tidak perlu diawasi dengan keyakinannya berpedoman pada standar karena
ia memiliki integritas diri, orang taqwa memiliki IMAN,
begitu juga orang yang taqwa ia senantiasa merasa selalu diawasi Allah meski ia
tdk mampu melihat-Nya, atau IHSAN...seorang yang kompeten akan
tulus menuntaskan seluruh rangkaian teknisnya...tak jauh beda seperti orang
taqwa yang IKHLAS menjalani semuanya...ia juga menyerahkan
seluruhnya kepada Allah agar selamat dan itulah yang disebut ISLAM...
semoga kita meraih
predikat TAQWA karena inilah satu-satunya ukuran keselamatan kita di akhirat
kelak...
terima kasih
guru-guruku..teman-temanku, yang bantuin dan telah direpotkan membantuku....dan semuanya atas pencerahan yang diraih
ini....mohon dimaafkan atas segala kesalahan dan kekurangan..semoga Allah
membalas seluruh kebaikannya dengan lebih berlipat ganda, Amin.
ayo, bersama kita maju
!!!
Langganan:
Postingan (Atom)
Farmasi Sebagai Profesi
" Pharmacy : The art or profession of preparing and preserving drugs, and of compounding and dispensing medication according to the...
-
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bag...
-
Pahala adalah HADIAH yg diberikan Allah SWT kepada manusia apabila ia lulus dari ujian yang dihadapinya. Ujian-ujian ini pd dasarnya terle...
-
Tidak Ada yang Menjamin Karya: Kiki Barkiah Amal baikmu menyempurnakan tingkatanmu di surga Karena pahala sering bergugur tak bersis...