“Dan barangsiapa yg
menyerahkan dirinya kepada Allah sedangkan ia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada
Allahlah kesudahan segala urusan”. QS Luqman 31: 22.
Seorang pemilik kebun, yang ahli dlm bidang pertanian,
akan memotong-motong cabang atau dahan pohon agar pohon itu kelak mendatangkan
buah yang banyak. Sekiranya saj pohon itu dapat merasa, perbuatan baik sang
pekebun ini tentu akan dianggapnya sebagai suatu penyiksaan yang kejam. Begitu
pula seorang ibu
yang sangat cinta kepada anaknya, demi kebaikan anaknya, ia akan meminta dokter
untuk menyuntik atau bahkan memotong bagian tubuh anaknya, misalnya sunat, yang
harus dipotong. Tentunya perbuatan baik ibunya iniakan dirasakan sebagai sesuatu
yang menyakitkan bagi anaknya. Demi
kasih sayangnya pula ia melarang anak nya diberi makanan yang dapat
membahayakan kesehatan, padahal makanan itu amat disukai oleh anaknya.
Begitu
juga Allah Yang
Maha PENGASIH lagi Maha PENYAYANG. Terkadang Dia member bencana,
karena kalau bencana itu tidak diberikan, maka manusia tidak akan mampu
mengambil pelajaran. Ia melarang hamba-Nya untuk mengikuti selera nafsunya
semata-mata demi kebaikan si hamba itu sendiri. Tentu saja bagi yang orang yang
tidak mengenal sifat-sifat-Nya, ia tidak akan mengerti akan hal ini, bahkan
balik menuduh Dia berlaku sewenang-wenang. Sebaliknya bagi orang yang mengerti
apa maksud tindakan-Nya, jiwanya akan selalu rela dan PASRAH, baginya apapun ketetapan
yang Allah pilihkan untuknya ia yakin memang itulah yang terbaik.
Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad, Rasulullah saw bersabda,
“Demi Allah yang jiwaku ditangan-Nya,
tidaklah Allah menetapkan satu ketetapan bagi seorang mukmin melainkan hal itu
baik baginya, dan yang demikian itu hanya bagi seorang mukmin.”
Penegasan Alah SWT dalam Al-Quran:
Demikian itu
disebabkan karena perbuatan tanganmu sendiri, Sesungguhnya Alah sekali-kali
tidak menganiaya hamab-Nya. (QS, Al-Anfaal, 8:51).
Dari uraian ini, tampaknya memang tidak ada pilihan lain bagi orang
yang berakal selain harus yakin bahwa kejadian yang menurut mata manusia indah, sesungguhnya belum tentu
bagik menurut kacamata Allah.Demikian
juga kejadian yang kita pandang buruk, belum tentu jelek dalam pandangan Allah.Pengalaman telah banyak
membuktikan, dibalik kejadian buruk yang menimpa, terdapat hikmah yang
berharga. Bukankah jika kita memusatkan pandangan hanya pada tahi lalat yang
ada di wajah seseorang, maka tahi lalat itu akan Nampak buruk? Tetapi cobalah
pandang wajah itu secara keseluruhan, kita akan melihat justru tahi lalat
itulah yang menjadi unsure utama kecantikan atau ketampanan wajah seseorang.
Maka BERSERAH DIRILAH KEPADA ALLAH.
Yang dimaksud Berserah diri ini adalah Menyerahkan jiwa seutuhnya kepada Allah
dengan keyakinan penuh bahwa Dia Yang Maha Suci dan Maha Pengatur pasti
memilihkan yang terbaik bagi manusia. Berserah diri bukanlah berarti mengabaikan
usaha, tetapi justru harus berupaya sekuat kemampuan yang ada. Gambaran orang yang berserah diri adalah seperti orang yang
menggantungkan jiwanya pada Arasy Tuhan, sementara kakinya menapak di bumi.
Orang yang berserah diri, ikhlas menerima segala ketentuan –musibah ataupun nikmat- yang dipilihkan
Allah baginya. Yakin bahwa Dia yang Maha PENGASIH DAN PENYAYANG tidak akan mungkin bertindak sewenang-wenang
ataupun menganiaya hamba-Nya.
Untuk dapat berserah diri, diperlukan sikap MENTAL YANG
POSITIF< Dasarnya yaitu. Kita harus Selalu Berperasangka Baik kepada-Nya. Meyakini bahwa ketentuan apapun yang
ditetapkan-Nya bagi kita, merupakan pilihan yang terbaik, yaitu sejalan dengan
apa yang selalu Kita mohonkan pada setiap shalat (…ihdinashirotol
mustaqiim…).
Janji Allah dalam al-Quran bagi orang yang berserah diri:
Barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya
(memeliharanya). (QS. At-Thalaq, 65: 3)
Dalam hadits yang
diriwayatakan oleh Imam Akhmad, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ibnu
Hiban, Rasulullah saw, bersabda:
“Jika kalian berserah
diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, niscaya Dia menjamin rezekimu
sebagaimana Dia menjamin kebutuhan burung yang terbang di waktu pagi dengan
perut kosong, dan pulang di waktu sore dengan perut kenyang”.
Nabi Ibrahim as, pernah bersabda: Salah satu sebab aku menjadi kekasih Allah adalah karena aku tidak
pernah merisaukan
sesautu yang telah ditanggung oleh Allah.”
Orang akan mudah berserah
diri, bila ia haqul yakin bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan awal.
Kehidupan yang amat singkat. Kehidupan yang penuh dengan kesenangan yang menipu
(QS Al-HAdid: 20).
Adapun INDIKATOR KEBRHASILAN dari berserah diri, yaitu
tidak adanya rasa was-was, khawatir, atau pun kecewa. Yang ada adalah ucapan
dengan penuh RASA SYUKUR ‘alhamdulillah’
atau dengan penuh RASA IKHLAS “innalillahi
wainna ilaihi rojiun”.
“Barang siapa yang
menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia BERBUAT KEBAJIKAN, maka baginya pahala di sisi
Rabnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati. (QS, AL-Baqarah, 2: 112).i
Bagi orang yang berserah diri, ia tidak akan mengeluh atau
protes kepada Allah atas ketentuan yang ditetapkan padanya. Tindakan yang dilakukannya hanya semata-mata karena taat
mematuhi perintah Allah. Dia
berlaku baik bukan sebagai balasan karena orang teah berlaku baik kepadanya,
tetapi kebaikan itu dilakukannya semata-mata karena Allah memerintahkan manusia
untuk berbuat kebajikan. Pandangan
batinya telanjang sebagaimana adanya (tidak ada buruk sangka).Lirikannya tanpa disertai emosi. Jiwanya
tidak terguncangkan oleh adanya stimulan baik yang berasal dari dalam jiwanya sendiri, maupun yang berasal dari
lingkungannya. Dia dapat merasakan KAYA TANPA HARTA, SAKTI TANPA ILMU. Semua itu hanya dapat terjadi jika kita
sudah mampu menjadikan TAAT sebagai senjata
untuk melawan nafsu buruk/himbauan syetan.
Kesimpulan:
· Kunci agar dpt berserah diri kepad Allah SWT
adalah kita harus selalu BERPERASANGKA BAIK kepada-Nya. Berusahalah dahulu
dengan segenap kemampuan yang ada, kemudian serahkan ketentuan hasilnya
kepada-Nya. Apapun hasil yang diperoleh dari usaha kita itu, yakinlah bahwa itu
merupakan yang terbaik atau yang paling sesuai dengan kebutuhan kita saat ini. Yaitu
sejalan dengan permintaan kita pda setiap shalat (..ihdinasirootol mustaqiim..). Ingat pula bahwa musibah yang menimpa bukanlah
untuk ditangisi, tetapi merupakan isyarat dari_nya agar kita segera berbenah
diri, melakukan instrospeksi adakah aturan-aturan main-Nya
yang kita langgar.
- “bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka…: (QS AL-mAidah, 5 : 49). Apa saja nikmat yang kamu peroleh dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri… (QS An-Nisa, 4: 79)….dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya, (QS Fushilat, 41: 46).
- Dengan berserah diri, insya Allah, kita akan terhindar dari segala macam bentuk kekecewaan. Terlebih lagi, urusan kita yang lain akan dimudahkan-Nya.
- Orang yang berserah diri, di saat berdoa tidak akan men-dikte Allah, tetapi berdoa dengan lemah lembut dan penuh harapan, “Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sekiranya hal ini memang bermanfaat bagiku, kabulkanlah permintaanku, Tetapi sekiranya hal ini tidak akan mendatangkan manfaat bagiku, jauhkanlah ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui”.
- “Janganlah kamu mati, melainkan baik sangka kepada Allah Aja wa jalla. “ HR MUSLIM
- Wahai orang yang beriman, janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar