Kamis, 16 Oktober 2014

BAHAYA MANUSIA YANG TIDAK BERPIKIR & BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERFIKIR



I.BAHAYA MANUSIA YANG TIDAK BERPIKIR


  • Pernahkah Anda memikirkan bahwa Anda TIDAK ADA SEBELUM DILAHIRKAN ke dunia ini?; dan Anda TELAH DICIPTAKAN DARI KETIADAAN?
  • Pernahkah Anda berpikir, bagaimana bunga yg setiap hari Anda lihatsaat Anda lewat, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki BAU YANG HARUM SERTA TAMPAK BERWARNA WARNI?
  • Pernahkah Anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari Anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tingi sehingga KITA TIDAK MAMPU MELIHATNYA?
  • Pernahkah Anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga RASA DAN KEHARUMANNYA tetap terjaga?
  • Pernahkah Anda berpikir bahwa gempa bumi mungkion saja dating secara tiba-tiba ketiak Anda sedang tidur, yang menghancurluluhkan rumah, kantor dan kota Anda hingga rata dengan tanah sehingga  dalam tempo beberapa detik saja Anda pun KEHILANGAN SEGALA SESUATU YANG ANDA MILIKI DI DUNIA INI?
  • Pernahkah Anda berpikir bahwa kehidupan Anda berlalu dengan sangat cepat, Anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun KEHILANGAN KETAMPANAN ATAU KECANTIKAN, KESEHATAN DAN KEKUATAN ANDA?
  • Pernahkah Anda memikirkan bahwa suatu hari nanti malaikat yang diutus oleh Alloh akan datang MENJEMPUT UNTUK MEMBAWA ANDA MENINGGALKAN DUNIA INI?
JIKA DEMIKIAN, Pernahkah Anda berpikir mengapa MANUSIA DEMIKIAN terbelengu oleh KEHIDUPAN DUNIA yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan? Dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di Akhirat?

Manusia adalah MAKHLUK yang dilengkapi Alloh sarana BERPIKIR. Namun saying kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang TERAMAT PENTING ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia HAMPIR TIDAK PERNAH BERPIKIR.

Sebenarnya setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadari. Ketika menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka di hadapanya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikrinya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa TIAP ORANG mempunyai KEBUTUHAN untuk BERPIKIR serta menggunakan AKALNYA SEMAKSIMAL MUNGKIN.

Beberapa Contoh Bahaya MANUSIA yang Tidak Berpikir

Albert Einstein:
Ditemukan sebuah buku yang mendeskripsikan penyesalan Albert Einstein di Akhir masa hidupnya, bahwa dia menciptakan perumusan yang tidak lengkap yaitu E=mc2 yang fenomenal itu, ditunjukkan kelemahannya oleh Albert Eisntein sendiri bahwa itu hanya terjadi di ruangan vaccum yang tidak terjangkau oleh kekuatan yang sesungguhnya yaitu Kekuatan Sang Maha Pencipta yang tidak ia cantumkan dalam rumusnya tersebut itu. Artinya jika Tuhan tidak menghendaki, maka energi tidak akan berubah jadi materi atau sebaliknya. Tetapi jika manusia yang tidak berpikir lalu menggunakan penemuan E=mc2 ini, maka lahirlah penciptaan bom atom yang dapat meluluhlantakkan kehidupan manusia lainnya.

Teori Darwinisme
Kaum nasionalis romantik menggunakan apa yang disebut "pengungkapan ilmiah dan filosofis" sebagai pembenaran bagi kegemaran mereka menumpahkan darah. Basis dari "pegungkapan" ini adalah Teori Evolusi Darwin.

Darwin, seorang ahli biologi Inggris, menulis buku berjudul "The Origin of the Species" yang diterbitkan tahun 1859. Di dalam buku ini, dia berpendapat bahwa pergulatan tak kenal belas kasih selalu terjadi di alam dan, tergantung pada apakah mereka memperoleh keuntungan atau tidak, mahluk hidup berkembang dan spesies baru pun muncul. Dengan kata lain, menurut Darwin, kunci perkembangan di alam adalah konflik. Di dalam bukunya yang lain, The Descent Man, yang diterbitkan tahun 1871, Darwin mengembangkan gagasannya dengan lebih meyakinkan, dan lebih jauh mengajukan pendapat bahwa sebagian ras manusia relatif lebih maju daripada ras lainnya. Dan ini menjadi pondasi rasisme ilmiah. Darwin menganggap ras kulit putih Eropa sebagai "ras yang maju", dan bangsa Afrika, Asia, dan bahkan Turki, sebagai "ras primitif dan setengah kera".

Dengan menyebarnya teori Darwin, rasisme dan mili-tansi segera mendapatkan dukungan, sampai pada tahapan mereka mulai merasa memiliki "fakta ilmiah".

Hubungan antara Darwinisme dan nasionalisme romantik menjadi jelas: Kaum nasionalis romantik menemukan nafsu berkonflik, dan obsesi mereka dengan keunggulan ras mereka sendiri dibandingkan ras lain, pada Darwinisme.

Pengaruh Darwinisme yang menimbulkan bencana dapat dikenali pada tingkat pertumpahan darah luar biasa yang terjadi dalam Perang Dunia Pertama. Tanpa keraguan sedikit pun, jendral-jendral Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan Austria mengirim ratusan ribu tentara untuk mati sia-sia. Mereka mengikuti dengan setia slogan Darwinisme bahwa, "mahluk hidup berkembang melalui konflik dan ras-ras mencapai dominasinya melalui perang". Berdasarkan alur pemikiran inilah mereka memberikan perintah untuk berperang.


II. BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR

# PIKIRKAN TENTANG TUJUAN PENCIPTAAN DIRI DAN HAKEKAT JAGAD RAYA

“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam, 19: 65).

Perbedaan penting antara orang yang ARIF dengan orang yang CERDAS sering tidak dipahami. Ini merupakan kesalahan besar. Kata "KECERDASAN" umumnya digunakan dalam masyarakat untuk menunjukkan kualitas ketajaman mental saja, dan ini sangat berbeda dengan KEARIFAN.

KEARIFAN adalah kualitas orang beriman yang memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda samar dari Allah dalam segala sesuatu yang diciptakan-Nya, yang membuat dia memahami dunia sekitarnya. Tetapi, upaya apa pun untuk memikirkan hal-hal ini, yang hanya mengandalkan kemampuan otak untuk memperhitungkan sebab dan akibat, akan berujung pada persepsi realitas yang sempit dan mekanistik. KECERDASAN adalah kualitas orang beriman yang mempunyai keimanan teguh kepada Allah, dan yang menjalani kehidupannya berdasarkan ajaran ayat-ayat Al Quran. KECERDASAN adalah karakteristik fisik yang dimiliki semua individu dalam pelbagai tingkatan, sedangkan KEARIFAN adalah kualitas yang hanya dimiliki oleh orang-orang beriman. Mereka yang tidak mempunyai KEIMANAN berarti tidak memiliki "KEBAJIKAN" dari kearifan.

KEARIFAN memungkinkan seorang beriman mengerahkan kemampuan mental, penilaian, dan logika, yang berarti memanfaatkan KEBAJIKANnya. Seseorang tanpa KEARIFAN, setinggi apa pun kecerdasan-nya, pada satu saat akan tersesat ke dalam CARA BERPIKIR YANG SALAH ATAU PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BURUK.

Jika kita mencermati para filosof yang tidak beriman sepanjang sejarah, kita akan menyadari bahwa mereka menyatakan pandangan yang berbeda dan bahkan terkadang saling bertolak belakang untuk permasalahan yang sama. Meskipun mereka adalah orang-orang dengan kecerdasan tinggi, mereka tidak beriman, dan karena tidak beriman, mereka juga tidak cukup arif sehingga tidak mampu mencapai kebenaran. Bahkan sebagian dari mereka menarik manusia ke dalam kesalahan tak terhitung banyaknya. Kita bisa menemukan beberapa contoh demikian dalam sejarah sekarang ini: Banyak filosof, ideologis dan negarawan, seperti Marx, Engels, Lenin, Trotsky, walaupun mereka sangat cerdas, telah menye-babkan bencana bagi jutaan orang, karena mereka tidak mampu menggunakan pikiran mereka secara efektif. Sebaliknya, KEARIFAN menjamin perdamaian, kesejahteraan, dan kebahagian, dan menunjuk-kan cara untuk mencapai semua itu.



KECERDASAN memungkinkan kita, antara lain, untuk berpikir, mem-bentuk persepsi, memusatkan perhatian, dan melakukan aktivitas praktis. Tetapi, lebih dari semua ini, seorang yang arif juga mempunyai pemahaman mendalam yang tidak bisa diperoleh dengan kecerdasan saja, dan dengan kearifan itu dia bisa membedakan antara KEBENARAN DAN KESALAHAN. Oleh karena itu, seorang yang ARIF memiliki WAWASAN JAUH LEBIH LUAS DIBANDINGKAN SEORANG YANG CERDAS.

Sumber kearifan, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah KEIMANAN DAN KETAKWAAN kepada Allah yang tertanam dalam. Mereka yang bertakwa kepada Allah, benar-benar memperhatikan semua perintah dan larangan-Nya, sehingga memiliki wawasan luas sebagai berkah dari Allah. Tetapi, meskipun kebajikan ini mudah diperoleh, HANYA SEDIKIT ORANG YANG DIANUGERAHI KEARIFAN. Kondisi ini, yang disampaikan Allah melalui firman-Nya dalam Al Quran, "Kebanyakan mereka tidak menggunakan akalnya". (QS. Al Maidah, 5: 103), timbul dari kenyataan bahwa kebanyakan orang tidak mem-punyai keimanan yang benar, karena tidak menyisakan ruang dalam kehidupannya bagi Al Quran.

KEARIFAN yang Allah anugerahkan kepada siapa saja yang bertakwa kepada-Nya, dan yang menjalani kehidupannya sesuai tuntunan Al Quran, membuat orang beriman lebih unggul daripada orang tidak beriman dalam banyak hal. Komponen dasar KEARIFAN ADALAH PENGETAHUAN ORANG BERIMAN BAHWA ALLAH MENGENDALIKAN SEGALANYA SEPANJANG MASA, KESADARANNYA AKAN FAKTA BAHWA SEGALA SESUATU DALAM SETIAP DETAILNYA TERJADI MENURUT KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH, DAN KESADARANNYA BAHWA DIA BERSAMA ALLAH SETIAP SAAT. KEARIFAN JUGA MEMUNGKINKAN SEORANG BERIMAN UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN MUDAH DALAM KONDISI DAN SITUASI YANG BERUBAH-UBAH.

Ketajaman wawasan dan pemahaman orang-orang beriman, perhatian dan kesadaran mereka, kemampuan analitis mereka yang tinggi, moral yang baik, karakter yang kuat, dan kearifan dalam kata dan perbuatan, semuanya merupakan produk alami kearifan mereka. (untuk informasi yang lebih terperinci lihat buku True Wisdom According to the Quran, oleh Harun Yahya)

Bayangkan jika karakteristik luar biasa yang dimiliki perorangan itu dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan. Pikirkan keuntungan bagi masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menggunakan akal dalam segala yang mereka ucapkan, dalam setiap tindakan yang mereka ambil, dalam setiap keputusan yang mereka buat, dan dalam setiap masalah yang mereka hadapi; pikirkan lingkungan yang akan tercipta dalam masyarakat yang terbentuk oleh individu-individu arif… Sungguh, kita memerlukan kehadiran orang-orang arif untuk menjamin kenyamanan, kesehatan, keamanan dan ketenangan pikiran kita. Lebih jauh lagi, keberadaan orang-orang arif ini tak tergantikan untuk mencegah kekacauan, kebingungan dan anarki, dan untuk menemukan solusi atas masalah yang timbul. Dengan mempertimbangkan ini, jelaslah bahwa kunci setiap masalah adalah pengenalan kebutuhan yang dilengkapi kearifan.

Seseorang yang TIDAK BERPIKIR berada SANGAT JAUH DARI KEBENARAN dan menjalani SEBUAH KEHIDUPAN yang PENUH KEPALSUAN DAN KESESATAN. Akibatnya ia tidak akan mengetahui TUJUAN PENCIPTAANNYA, KENAPA ALAM DICIPTAKAN, dan ARTI dari keberadaan DIRInya di dunia. Padahal Alloh telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah TUJUAN. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Quran:

“Dan Kami tidak menciptakan langit & bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan HAQ, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS Ad-Dukhon, 44: 38-39).

“Maka apakah Kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu secara diam-diam (saja)¸dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS Al-Mukminun, 23: 115).

Oleh karena itu, yang paling Pertama wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang adalah TUJUAN dari PENCIPTAAN DIRINYA, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Alloh; namun saying sudah terlambat. Alloh berfirman dalam al-Quran bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut :

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shaleh) untuk hidupku ini”. (QS Al-Fajr, 89: 23-24).

Padahal Allaoh telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung utnuk kemudia mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilakn sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alas an inilah, Alloh meawajibkan seluruh manusia, melaluipara Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan PENCIPTAAN DIRI MEREKA sendiri dan HAKEKAT JAGAD RAYA.


Dan mengapa mereka tidak memkirkan tentang (kejadian) DIRI MEREKA?, Alloh tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan TUJUAN YANG BENAR dan WAKTU yang DITENTUKAN. Dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya”. (QS, Ar-Ruum, 30: 8).

# BERPIKIR MENDALAM
Bukan memegang kepala dgn kedua telapak tangannya, dan menyendiri di ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan “filosofis”. Padahal sebagaimana telah disebutkan dalam pengantar, ALLOH MEWAJIBKAN MANUSIA untuk berpikir secara mendalam atau MERENUNG. ALLOH berfirman bahwa al-Quran diturunkan kepada manusia untuk DIPIKIRKAN dan DIRENUNGKAN untuk kemudian diimplementasikan.
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka MEMPERKATIKAN (MERENUNGKAN) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai PIKIRAN.” (QS Shaad, 38:29).

Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya BERUSAHA SECARA IKHLAS SEKUAT TENAGA dlm meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir. Sebaliknya, orang-orang yg tidak mau berusaha berpikir MENDALAM, akan terus-menrus hidup dalam KELALAIAN yang sangat. Kata KELALAIAN mengandung arti “ketidakpedulian (bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan,”. Kelalaian manusia yang TIDAK BERPIKIR adalah akibat melupakan atau secara sengaja atau tidak menghiraukan TUJUAN PENCIPTAAN  DIRI MEREKA serta KEBENARAN AJARAN AGAMA. Ini Adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Alloh memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai.
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendahkan siri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang2 yang lalai”. (QS. Al-A’raaf, 7:205). 

Wallahu Alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Farmasi Sebagai Profesi

" Pharmacy : The art or profession of preparing and preserving drugs, and of compounding and dispensing medication according to the...