Kamis, 26 April 2012

Kebahagian Hidup Menurut Al-quran


"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Qs. Al Qoshos : 77).
Sesungguhnya setiap manusia mendambakan kehidupan bahagia, aman dan sejahtera. Tak satupun yang menginginkan kesusahan, terancam, dan sengsara. Inilah insting naluriah dan kebutuhan mendasar manusia yang selalu ingin digapai dengan bermacam cara menurut konsep hidup yang tertanam dalam fikirannya. Munculnya insting tersebut dikarenakan dorongan potensi nafsu yang sengaja Allah adakan bagi tiap insan. Dengan adanya nafsu, maka manusia akan berupaya mempertahankan eksistensi (keberadaannya) di dunia, karena nafsu diciptakan untuk melayani kebutuhan pokok manusia selaku makhluq hidup.
Manusia membutuhkan pemuasan sandang, pangan, papan, pengetahuan, cinta kasih dan sayang, perhatian, berpasangan, pengakuan, dan sebagainya. Inilah contoh perilaku manusia yang didorong oleh nafsu. Maka manusia dibenarkan untuk saling mencari, memberi dan menerima semua itu. Namun ketika dalam mencarinya membulkan ketimpangan, kecurangan, kerugian atau menzalimi salah di lain pihak, maka hal itu tidak dibenarkan menurut akal yang sehat. Untuk itulah perlu diterapkan suatu aturan main yang dapat menjaga hak-hak tiap makhluq-bukan hanya manusia- secara adil dan jujur.
Aturan hidup atau konsep hidup inilah yang dikenal secara umum sebagai agama. Bagi ummat muslim dikenal dengan Dien, Manhaj, Thoriqoh, atau Syariat. Sedangkan aturan itu sendiri dikenal dengan illah (aturan yang wajib ditha'ati). Sesungguhnya hanya ada dua macam konsep atau system aturan hidup di dunia ini. Pertama sistem yang berlandaskan nafsu dan kedua sistem berlandaskan wahyu. Karena manusia selain diberi Allah dengan potensi nafsu juga dibekali aqal tempat penerimaan hidayah.
Nafsu yang pada awal keberadaannya adalah bersifat tenang dalam memberikan sinyal dan dorongan untuk melayani hajat kehidupan manusia akan dapat berubah menjadi serakah, amarah, lawwamah, dan musawilah. Perubahan ini disebabkan nafsu tersebut telah dipengaruhi bisikan iblis. Dalam alqur-an dinyatakan tentang hal ini :
'"Hai nafsu/jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam jannah-Ku." (Qs. Al Fajr :27-30).
"Yang dila'nati Allah (Iblis) dan ia mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (nafsu)." (Qs.an Nisa : 118)
Hasutan iblis inilah yang disebut dengan 'qalam syarr' (bisikan jahat) yang apabila diiikuti manusia dan jin akan menimbulkan sifat jahat atau syaithon. Karena lafadz syaithon berasal dari kata sayaatin (yang jauh dari kebaikan). Dalam ayat lain dinyatakan :
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Robb yang menguasai al falaq (peredaran alam). Dari (qalam) kejahatan yang diciptakan-Nya." (Qs. Al falaq : 1-2)
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia." (Qs. An Naas : 4-5).
Dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa :
"Sesungguhnya Allah yang Maha Berkat dan Maha Tinggi menggenggam satu genggaman di kananNya maka berfirman : ini untuk ini dan aku tidak peduli, dan menggenggam yang lain yaitu ditanganNya yang lain maka berfirman : ini untuk ini dan aku tidak peduli."
(HR. Ahmad dari Abu Nazhor).
Dalam genggaman kanan maksudnya qalam wahyu dan dalam genggaman lainnya maksudnya qalam syarr, wallahu'alam.
"dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan." (Qs.al Balad : 10)
Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan (qalam syarr). Sengaja Allah ciptakan Iblis yang membawa qalam syarr untuk menguji kualitas amal ibadah setiap manusia, agar manusia dibalasi di akhirat sesuai ˜amalnya ketika diberi kesempatan hidup didunia yang singkat.
"Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat." (Qs. Al Hajj : 53).
Berbeda dengan nafsu yang dapat menjadi intusi syaithoniyah, keberadaan aqal di dalam hati manusia adalah sebagai tempat tertanamnya 'qalam wahyu'. Suara nafsu syaithoniyah dan suara aqal yang berlandaskan wahyu selamanya akan 'bersaing' untuk menguasai fikiran manusia. Ketika fikiran diserahkan kepada nafsu maka kerusakan dan kezaliman yang muncul. Sebaliknya jika aqal sehat yang terdapat dalam hati nurani terdalam manusia yang senantiasa menyuarakan al haq yang diikuti niscaya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan sejati, serta keadilan
"Adapun sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada (hati) orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (Qs. Al Ankabut : 49)
"dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yaitu orang-orang yang selalu mendengarkan Perkataan (Fatwa) lalu mengikuti apa yang paling baik (Al qur-an) di antaranya, mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal". (Qs.Azzumar:17-18)
Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t. Maksudnya 'ahsan' ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah konsep ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.
A. Konsep Hidup Berlandaskan Nafsu dan Pengikutnya
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai illah-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (Qs. Al Jaatsiyah :23-24)
Banyak orang yang merasa berilmu namun justru mengingkari/mangkir dari konsep al Qur-an. Mereka hanya mengandalkan ro'yun (buah fikiran) yang dilandasi nafsu dan sudah merasa benar. Akibatnya mereka dibiarkan Allah sesat dengan ilmu mereka sendiri. Sedangkan kemampuan fikiran manusia hanya sebatas masalah-masalah lahiriyah / materi duniawiyah. Artinya segala sesuatu yang kasat mata di segala penjuru langit dan bumi dapat dianalisa secara eksakta oleh fikiran manusia. Namun masalah ghoib (antara lain : Zat Allah, malaikat, ruh, akhirat, rizqi, takdir, bala' dan maut) mustahil dapat dianalisa fikiran manusia. Ruh yang terdapat dalam jasad manusia saja tidak dapat dianalisa manusia apalagi perkara ghaib lainnya. Allah menyatakan dalam Surah Ruum ayat 7 :
"mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai."
Sekarang ini dapat disaksikan secara jelas bahwa sebagian besar manusia bahkan dari kalangan muslim yang mengambil aturan hidup selain dari Dienullah. Satu contoh kasus, mereka gandrung dengan sistem hidup miliknya orang kafir dari buah fikiran Socrates, plato, Machiavelli, Kent, Dente, dan penerusnya. Yaitu sistem politik berasaskan kebatilan 'suara rakyat adalah suara tuhan'. Lalu dipadukanlah dengan aturan dari Allah sehingga muncul istilah 'Politik Islam' dan 'Demokrasi' ˜ala Islam. Terbukti sampai saat ini tidak ada bukti keberhasilan sistem bathil tersebut dalam menjaga hak-hak manusia secara adil dan jujur.
Manusia mau tidak mau akan menemui hari akhirat yang kekal. Disinilah letak permasalahannya. Karena jika kita hanya hidup di dunia kemudian tidak akan dibangkitkan lagi maka bolehlah manusia hidup sekehendaknya dan menafikan agama (baca:dienul Islam) dan tidak perlu ada. Namun ternyata perbuatan kita di dunia yang sangat singkat ini bisa berakibat penyesalan yang sangat panjang atau juga kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai illah /ikutan/pegangan hidup serta mengada-ada dalam urusan Allah.
Nafsu yang telah berasosiasi dengan bisikan iblis inilah yang menyesatkan banyak manusia dari jalan Allah. Munculnya agama-agama dan aliran sesat adalah dari buah fikir atau hasil budidaya fikiran manusia yang telah dihasut iblis. Keberhasilan iblis ini antara lain karena banyak manusia tidak mewaspadai keberadaan iblis bahkan menganggap tidak ada serta kurang upaya untuk kembali ke tuntunan yang benar. Definisi Agama secara luqhowi berbeda dengan Dinul Islam yang merupakan hak mutlaq Allah yang tidak boleh dicampuri dengan buah fikiran manusia. Bahkan rosulullah pun dilarang menggunakan ro'yun dalam urusan Islam. Agama berasal dari dua suku kata dari bahasa sansekerta, A adalah tidak, gama/gomo adalah kocar-kacir. Jadi agama bermakna aturan dari manusia agar tidak hidup kucar-kacir.
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah Addien yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar." (Qs. Az-Zumar :3)
"dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi." (Qs. An Najm :3-7).
B. KONSEP HIDUP BERLANDASKAN ALQUR-AN
Tentu sama kita fahami bahwa bagi setiap muslim, al Qur-an adalah satu-satunya pilihan jalan lurus yang mampu menghantarkan manusia kepada tujuan hidup sebenarnya yaitu ridho Allah.
"dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Qs. Al an’am : 153).
Jaminan Allah kepada setiap manusia bahwa dengan menerapkan konsep wahyu yang tertuang dalam al Qur-an dan dijelaskan RosulNya dalam haditsnya akan muncul keberkahan hidup di dunia, persatuan ummat, dan keselamatan dunia-akhirat. Dalam keberkahan terkandung makna kebahagiaan, keadilan, kejujuran dan keselamatan. Bahkan hanya dengan rujuk kepada al qur-an ini hamba-hambaNya dapat menyatu satu-sama lain. Tapi dengan meninggalkan atau mengambil sebagian saja dari ajaran al Qur-an lalu dicampuradukkan dengan ajaran dari fikiran manusia, justru muncul firqoh-firqoh dan mahzab-mahzab baru dalam Islam. Hal inilah yang perlu dicermati sungguh-sungguh oleh setiap muttabi' rosul. Allah dan rosulNya mengingatkan akan hal ini. Ditambah lagi tidak ada satupun para Imam dan Ulama Salaf terdahulu didalam kitab mereka memerintahkan manusia untuk wajib bermahzab mengikuti mereka. Bahkan memerintahkan untuk rujuk kepada sumber ajaran mereka, yaitu al Qur-an dan assunnah.
"dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (al Qur-an), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs. Ali Imran : 103)
Hadits :
"Barangsiapa yang tidak berhukum kepada ketetapan Kitabullah, dan mengada-adakan selain yang diturunkan Allah, niscaya diantara mereka diadakan Allah permusuhan yang hebat
(HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar)
Menyikapi munculnya firqoh-firqoh dan mahzab maka al Qur-an mengajarkan kepada kita
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat." (Qs. Al An'am :159)
Firqoh disini maksudnya: ialah golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya. Namun demikian dikarenakan Dinul Islam adalah konsep aturan kehidupan yang bersifat bersih, final, syumul, lengkap serta mampu menjawab segala tantangan zaman, maka tidak dibenarkan seorang muslim menambahi atau menguranginya. Jika diibaratkan dengan sebuah bangunan rumah, maka Islam adalah rumah yang indah tiada bandingnya. Didalamnya terjamin keamanan dan kesejahteraan. Setiap sudut bangunan dan pekarangannya terpancar keagungan pemiliknya. Maka siapapun yang menyatakan taslim (tunduk) kepada Islam berarti ingin menjadi penghuni bangunan itu tentu ia harus menthaati aturan pemiliknya. Tidak dibenarkan seorangpun yang berlindung didalamnya mengubah bentuknya, mengotori, atau merusak bangunan itu. Bahkan kita diperintahkan untuk menjaga serta merawat keaslian dan keindahan bangunan tersebut.
Golongan yang Sedikit
"Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa." (Qs. Huud : 116)
Tidaklah aneh jika kebanyakan manusia enggan memulai mengadakan perbaikan bahkan hanya sedikit sekali, beberapa gelintir hamba pilihanNya yang mau menerima perintah ini. Mereka inilah yang disebut dalam al Qur-an sebagai ˜Ulu Baqiyah (kelompok sisa). Seperti gambaran rosul beserta sahabat yang hanya berjumlah 313 orang yang mengikuti perang pertama kali membela Islam di Badar. Kemenangan justru bukan berada pada banyaknya pengikut, justru sedikit orang namun benar langkahnya insyaAllah akan dihantarkan kepada kemenangan serta dijadikan pemicu semangat bagi hamba Allah lainnya. Maka disinilah letak tanggung jawab muslim terutama para ulama dalam menjaga dan membela Islam. Allah pun memberi janji melalui hadits rosulNya bahwa setiap pangkal seratus tahun akan dibangkitkanNya Mujadid-Mujadid yang akan menjaga kemurnian Islam. Maukah kita dimasukkan Allah dalam golongan yang sedikit namun memiliki keutamaan derajat di sisiNya? Wallahu'alam bi showab.

Konsep "bahagia" itu adalah.....



Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.
Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.
Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.'
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan  oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.
Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.
Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."
Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya.
Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.
Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.

Rabu, 18 April 2012

Cerita Sukses

Apapun cerita sukses, akan diminati banyak orang. 
Tak seorang pun yang tidak mengiginkan sukses.
Namun seringkali, kesuksesan itu bak pisau bermata dua..
di satu sisinya saja yang sering dianggap dan dihargai orang
sedang sisi lainnya tidak atau jarang diketahui.

Sisi kesuksesan lebih banyak diceritakan orang, tetapi sisi kegagalan sering banyak dilupakan.
Padahal dibalik kegagalan lah pelajaran hidup itu lebih banyak memberikan bimbingan, dibanding kesuksesan itu sendiri yang memiliki dampak melenakan.

Banyak pakar dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Sukses dapat didefinisikan sebagai pertemuan antara peluang dan kesiapan.

Bagi pelaku bisnis, peluang bukan hanya ditunggu-tunggu, tetapi justru mereka menciptakan peluang. Dan peluang itu tidak datang dua kali. Namun seringkali perbedaaannya adalah pada kesiapannya. Siapa yang siap saat menangkap peluang, dialah yang akan sukses.

Contoh sederhana dapat dilihat dari cerita petualangan berikut ini.

Sejumlah orang-orang pecinta alam sedang berombongan melintasi jembatan yang di bawahnya terletak sungai dengar arus air yang cukup deras.
Sejurus kemudian, kelompok pertama melihat ada seseorang yang terperosok dan jatuh ke sungai. lalu kelompok ini berusaha mengatasi masalah. Mereka coba menyusun sebuah organisasi, menunjuk ketua kelompok, regu penyelamat dan seksi logistik, namun apa yang terjadi ? orang yang tenggelam ini malah makin terseret arus  dan tidak tertolong.

Berbeda ceritanya, bagi seorang yang melihat peluang, maka ia akan langsung terjun menangkap tangan atau bagian tubuh orang yang tenggelam tadi, lalu kemudian meminta bantuan kelompok atau teman lainnya untuk mengulurkan tali atau apapun jenis bantuannya. dan dialah yang akan menyelamatkan orang yang akan tenggelam tadi.

Nah, cerita menyusun organisasi memang tidaklah salah namun tidak akan menyelamatkan pada saatnya ada orang tenggelam dan itu terlambat!. Sedangkan seorang pengambil resiko akan segera bertindak mengambil langkah. Inilah yang dinamakan mengamankan "peluang". Jadi bila "organisasi" itu diibaratkan sebagai kesiapan, maka sejak jauh-jauh dari keberadaan peluang haruslah disiapkan. Maka bila kesiapan sepeti ini bertemu dengan peluang, maka  kesuksesan yang akan didapatkan.





Minggu, 15 April 2012

7 Kebiasaan Orang yang Bahagia


Orang-orang yang bahagia akan memiliki kebiasaan yang membahagiakan pula; sesederhana itu. Orang-orang paling bahagia yang saya kenal memiliki 7 kebiasaan yang terlihat jelas dalam diri mereka. Jika anda ingin membuat hidup anda lebih bahagia, anda mungkin dapat mempertimbangkan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan berikut ini dalam kehidupan anda.
“Sebagian orang merasa bahagia sesuai dengan apa yang mereka pikirkan”.
- Abraham Lincoln -

1. Ikut Ambil Bagian dalam Sesuatu yang Anda Minati – Anda bisa mengikuti kegiatan apapun. Anda bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan yang bersifat religius, bergabung dengan kelompok yang mendukung tujuan tertentu, atau menapaki karir anda dengan tekun. Dalam setiap kegiatan yang anda pilih, hasil psikologis yang diraih mempunyai sifat sama. Anda ikut ambil bagian sepenuhnya dalam kegiatan yang anda minati. Kegiatan semacam ini akan memberikan kebahagiaan dan makna dalam kehidupan anda.

2. Habiskan Waktu Bersama Teman-Teman dan Keluarga – Kehidupan yang bahagia adalah kehidupan yang anda lalui bersama teman-teman dan keluarga. Semakin kuat hubungan pribadi yang anda miliki serta semakin kerap interaksi bersama teman-teman dan keluarga, maka semakin bahagia pula anda.

3. Pikirkan Hal-hal yang Positif – Seringkali orang terlalu berkonsentrasi pada hal-hal negatif dan tidak menyisakan waktu untuk merefleksikan hal-hal yang berhasil mereka raih secara positif. Merupakan hal yang alami bagi seseorang untuk mengkoreksi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka dan memfokuskan diri mereka pada hal tersebut, namun harus terdapat keseimbangan dalam menempatkan diri anda. Sangatlah penting untuk merefleksikan hal-hal baik yang anda peroleh sementara anda mengkoreksi hal-hal yang buruk. Mengingatkan diri anda terus menerus terhadap kesuksesan pribadi yang anda raih setiap harinya akan memiliki dampak positif yang sangat berarti dalam kebahagiaan emosional anda.

4. Gunakan Sumber Daya yang Anda Miliki – Orang rata-rata biasanya merasa kagum ketika mereka melihat seseorang yang memiliki kekurangan fisik memperlihatkan tanda-tanda kebahagiaan secara emosional. Bagaimana mungkin seseorang yang berada dalam kondisi fisik seperti itu bisa terlihat begitu bahagia? Jawabannya terletak pada bagaimana mereka menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Stevie Wonder tak bisa melihat, jadi ia menggunakan kemampuan mendengarnya dalam dunia musik, dan ia sekarang memiliki 25 piala Grammy sebagai bukti.

5. Ciptakan Akhir yang Bahagia Setiap Waktu – Kekuatan dari akhir merupakan sesuatu yang mengagumkan. Akhir dari sebuah pengalaman yang dialami seseorang dapat mengubah persepsi keseluruhan orang tersebut. Bayangkan anda sedang membaca sebuah novel yang memprovokasi pikiran anda. Sekarang bayangkan bagian akhir dari novel tersebut ternyata sangat buruk. Meskipun cerita nya sangat menegangkan hingga saat-saat menjelang akhir, apakah anda akan tetap merekomendasikan novel tersebut pada orang lain? Orang selalu mengingat bagian akhirnya. Jika bagian akhir tersebut berakhir bahagia, maka pengalaman tersebut juga menciptakan perasaan bahagia. Selesaikan apa yang sedang anda kerjakan, selesaikan dalam keadaan baik, dan ciptakan akhir yang bahagia dalam kehidupan anda jika memungkinkan.

< 6. Gunakan Kekuatan Pribadi Untuk Menyelesaikan Sesuatu – Setiap orang memiliki kekuatan pribadi yang unik. Kita memiliki bakat dan keahlian yang berbeda. Kebahagiaan emosi akan datang secara alami pada mereka yang menggunakan kekuatan pribadinya untuk menyelesaikan sesuatu. Ketika anda berhasil mencapai sesuatu karena keahlian anda sendiri, maka penghargaan psikologis yang anda peroleh sangatlah bernilai.

7. Nikmati Setiap Kebahagiaan yang Anda Raih – Hal-hal terbaik yang bisa anda nikmati di dunia ini sifatnya gratis. Hal-hal tersebut muncul dalam bentuk yang sederhana dan muncul di hadapan anda pada waktu dan tempat yang tidak bisa anda duga. Kebahagiaan semacam ini diatur oleh alam dalam situasi tertentu dan ditangkap oleh panca indera kita. Momen semacam ini mungkin saja muncul saat anda sedang melihat pantulan sinar matahari terbenam dari sebuah kolam ketika anda sedang menggenggam tangan orang yang anda sayangi. Menyadari kemunculan momen-momen semacam ini akan menimbulkan kebahagiaan tak terduga dalam kehidupan anda.

Keluarga Kecil itu Bernama "Kita"

"Keluarga adalah awal segalanya"

Percaya atau tidak, keluarga lebih utama diperjuangkan daripada kepentingan sendiri-sendiri. Setiap masalah-masalah sengketa, pasti diawali dengan langkah "kekeluargaan". Keluarga adalah pangkal dan ujung perjalanan kehidupan keseharian. Bahkan bila keluarga dapat tetap berkumpul di Syurga, maka keluarga adalah segalanya.


Dalam keluarga kecil kami. Tersebutlah seorang ayah yang bernama "saya". Lalu sang ayah beristrikan "dia" dan lahirlah anak pertama bernama "kaka" dan yang kedua "dede". maka keluarga itu kini bernama "kita".


Diakui atau tidak, keluarga bisa mengalahkan kepentingan kerja sekalipun. Bahkan seringkali dijadikan alibi, ketika seseorang lalai dan bolos dari tempatnya bekerja. Padahal keluarga bukan tempat menyembunyikan kesalahan, tetapi sebaliknya tempat terbaik untuk meredakan masalah. Keterbukaan dan kesaling-percayaan menjadi bekal penyelesaian banyak persoalan. Dari sinilah jiwa dibentuk, sejak masa kanak-kanak. Pendidikan keluarga adalah awal pembentukkan fondasi akhlak anak-anak. Bisa dibayangkan bila pembentukkan moral hanya diserahkan pada "sekolahan" yang waktunya pun tidak lebih banyak dari waktu keluarga, tentu hanya sebatas ritual belaka. Namun keluarga akan memiliki kesempatan lebih banyak berinteraksi secara nyata bagi orang tua dan anak-anaknya untuk menanamkan pendidikan moral dan akhlaq, maka niscaya di sekolah adalah tempatnya mengasah dan membentuk prestasi anak didik.


Keluarga memang tidak terbatas.Sehingga keluarga tidaklah hanya dibatasi "saya" dan "dia", tetapi segitiga Ayah-Ibu-Anak. Inilah konteks keluarga seutuhnya, karena seluruh siklusnya akan kembali pada tiga serangkai ini...Kakek dan Nenek ada karena mereka memiliki cucu, Ayah dan Ibu ada karena mereka memiliki anak, dst. Jadi akan aneh juga rasanya bila sebuah keluarga dianggap harmonis hanya di sekitar suami-istri dan anak-anaknya, tetapi dengan ibu-bapak kandung atau ibu-bapak mertuanya tidak harmonis. Sungguh keluarga harmonis bukanlah dibatasi seperti itu. tetapi menjadi pusat keharmonisan itu sendiri.


Anak menjadi pusat keluarga

Banyak orang tua rela berkorban demi anaknya. Tak ada yang dapat memutuskan ikatan anak dan orang tua. maka Keberadaan Kakek-Nenk-nya anak-anak di sini menjadi penting. Karena itu kami ingin melengkapi keluarga "kita" itu untuk keseluruhan anggotanya. Dan sungguh keluarga Syurga tidaklah mudah untuk dibentuk. Semoga saja, seraya terus berusaha.

Farmasi Sebagai Profesi

" Pharmacy : The art or profession of preparing and preserving drugs, and of compounding and dispensing medication according to the...